MENGINTIP TRADISI SASI, RAHASIA WARGA MALUKU MENJAGA KELESTARIAN ALAM

Pernah mendengar tradisi Sasi nggak, Superfriends? Yup, tradisi yang satu ini bisa dibilang lumayan populer di Indonesia bagian timur, khususnya wilayah Maluku, dan bermanfaat banget buat menjaga kekayaan sumber daya alam (SDA).

Yup, untuk mencegah habisnya SDA, tentu perlu adanya konservasi atau upaya-upaya yang dilakukan. Tujuannya tentu untuk guna menjaga ketersediaan SDA itu sendiri biar tetap lestari dan nggak punah, Superfriends.

Misalnya, seperti adanya konservasi satwa langka yang terancam punah. Satwa langka ini diibaratkan seperti SDA, yang dirawat dalam sebuah lembaga konservasi untuk menjaganya tetap hidup. Bahkan, bisa memperbanyak jumlahnya yang pada awalnya hanya berjumlah ratusan ekor menjadi ribuan ekor, Superfriends.

Di Maluku, SDA tentu sangat melimpah. Wajar saja kalau di masa lalu, bangsa Eropa rela pergi jauh-jauh ke sana demi mendapatkan kekayaan alam yang berlimpah. Ternyata, di balik melimpahnya SDA ini ada sebuah tradisi pengelolaan hasil alam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi, lho.

Tradisi ini akrab disebut sebagai Sasi. Secara singkat, sasi adalah sebuah hukum adat yang berlaku di masyarakat Maluku, khususnya mengatur pemanfaatan SDA. Jadi, tradisi ini adalah bentuk hukum larangan untuk mengambil hasil alam pada waktu-waktu tertentu, Superfriends.

Pelaksanaan Tradisi Sasi

Tradisi Sasi sebenarnya lebih difokuskan untuk pengelolaan hasil laut, terutama perikanan. Namun, di luar itu juga terdapat sasi yang mengatur pengelolaan hasil alam di daratan yang disebut sebagai sasi darat, Superfriends.

Dalam tradisi sasi juga melarang penggunaan alat pancing yang bisa merusak ekosistem laut. Masyarakat hanya boleh mencari ikan dengan cara yang nggak merusak ekosistem laut, seperti menggunakan pukat atau alat peledak.

Dalam pelaksanaan sasi terdapat dua istilah penting, yaitu sasi buka dan sasi tutup. Sasi buka adalah masa saat masyarakat Maluku diperbolehkan untuk mengambil hasil alam, sedangkan sasi tutup adalah masa ketika masyarakat dilarang untuk mengambil hasil alam, Superfriends.

Masa sasi buka dan sasi tutup ini ditentukan berdasarkan masa saat sumber daya siap panen, kebutuhan ekonomi masyarakat untuk dijual ke pasar, dan kebutuhan konsumsi dari masyarakat itu sendiri.

Nilai Filosofis Tradisi Sasi

Sebagai tradisi yang dilakukan turun-temurun, Sasi tentu punya sebuah nilai yang sangat dalam. Salah satunya, yaitu jika alam dimanfaatkan secara berlebihan dan secara nggak bertanggung jawab, akan terjadi kenggakseimbangan antara alam dan manusia.

Sasi mengajarkan pentingnya menjaga alam dan nggak mengeksploitasinya dengan semena-mena. Kalau alam dieksploitasi dengan semena-mena, yang akan merasakan kerugian juga manusia sendiri, Superfriends.

Sasi tercipta di Maluku karena kesadaran bahwa sumber daya alam di Maluku memiliki batas. Apabila dimanfaatkan dengan nggak beraturan, sumber daya itu bisa habis. Dari kesadaran itulah kemudian muncul sasi untuk menjaga ketersediaan SDA, nggak hanya untuk masyarakat, tetapi juga untuk generasi selanjutnya.

Sasi Juga berlaku di Papua

Selain bisa ditemukan di Kepulauan Maluku, tradisi Sasi juga banyak ditemui sampai ke wilayah Papua juga lho, Superfriends. Di wilayah Papua, khususnya Papua Barat yang juga dekat dengan Kepulauan Maluku juga menerapkan tradisi ini untuk menjaga ketersediaan sumber daya alam mereka.

Semoga tradisi baik ini terus terjaga dan menyebar ke daerah lain biar kekayaan alam Indonesia bisa lestari dengan baik ya, Superfriends. Salam, I Dare!


Image source: goodnewsfromindonesia.id